Penentuan Tegangan Permukaan Larutan
11:54
Tujuan
Percobaan :
- Memahami pengaruh tegangan permukaan dalam pembuatan sediaan farmasi
- Mengerti dan dapat menentukan tegangan permukaan dari berbagai macam pelarut dengan metode kenaikan kapiler
Teori
Umum :
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Molekul-molekul cairan
yang berada dibagian fase cairan seluruhnya akan dikelilingi oleh
molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik yang sama ke segala arah sehingga
resultan gaya sama dengan nol lain halnya dengan molekul-molekul cairan pada
permukaan. Molekul-molekul itu disebelah bawah dikelilingi oleh molekul-molekul
cairan sedangkan dibagian atas oleh molekul-molekul dan fasa uap sehingga gaya
tarik kebawah lebih besar dari gaya tarik keatas. Hal ini menimbulkan sifat
kecenderungan untuk memperkecil luas permukaan. Contoh yang menarik tetes air cenderung berbentuk seperti
balon (yang merupakan gambaran luas minimum sebuah volum) dengan zat cair
berada di tengahnya. Hal yang sama terjadi pada jarum baja yang memiliki rapat
massa lebih besar dari air tapi dapat mengambang di permukaan zat cair. Fenomena ini terjadi karena selaput zat cair
dalam kondisi tegang, tegangan fluida ini bekerja paralel terhadap permukaan
dan timbul dari adanya gaya tarik menarik antara molekulnya.
Tegangan permukaan g didefinisikan
sebagai gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setiap
garis di permukaan fluida.
Permukaan fluida yang berada dalam
keadaan tegang meliputi permukaan luar dan dalam (selaput cairan sangat tipis
tapi masing jauh lebih besar dari ukururan satu molekul pembentuknya), sehingga
untuk cincin dengan keliling L yang diangkat perlahan dari permukaan fluida,
besarnya gaya F yang dibutuhkan untuk mengimbangi gaya-gaya permukaan fluida 2gL
dapat ditentukan dari pertambahan panjang pegas halus penggantung cincin
(Dinamometer). Sehingga tegangan permukaan fluida memiliki nilai sebesar,
dimana, g = tegangan
permukaan (N/m)
F = gaya (Newton)
L = panjang permukaan
selaput fluida (m)
Tegangan muka terdapat pada batas
cairan dengan uap jenuh diudara dan juga antara permukaan cairan dengan cairan
lain yang tidak bercampur.
Metoda penentuan tegangan muka:
Ada beberapa metoda penentuan
tegangan muka, diantaranya adalah metoda kenaikan pipa kapiler, metoda tekanan
maksimum gelembung, metoda tetes, metode Du
Nouy ring, dan lempeng Wilhelmy.
Metoda kanaikan pipa kapiler
Bila suatu pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan yang membasahi
dinding maka cairan akan naik kedalam kapiler karena adanya tegangan muka.
Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi tertentu sehingga terjadi keseimbangan
antara gaya keatas dan kebawah (persamaan 1) :
Gaya
kebawah, F = p.r2.h.r.g
Dimana
h
: tinggi permukaan.
g
: percepatan gravitasi.
r : berat jenis.
r
: jejari kapiler.
Persamaan
(2) :
Gaya
keatas, F’ = 2.p.r.g.cosq
Dimana
:
g adalah tegangan muka dan q adalah sudut kontak.
Pada
kesetimbangan, gaya kebawah sama dengan gaya keatas (dari persamaan 1 dan 2):
2.p.r.g.cosq = p.r2.h.r.g
untuk
air dan kebanyakan cairan organik umumnya q = 0 atau dapat dianggap batas lapisan pararel dengan kapiler,
sehingga harga cos q =1 maka persamaan 3 :
g = ½.r. h.r.g
Daftar
tegangan muka beberapa zat pada suhu 200 C, sumber : Young
Freedman.1996.University Physics 9th edition.
Alat
dan Bahan :
Alat
1. Gelas beker
2. Pipa kapiler dengan diameter tertentu
3. Hot plate
4. Piknometer
5. Termometer
|
Bahan
1. Air
2. Alkohol
3. Gliserin
4. Minyak
|
Prosedur
Kerja :
- Larutkan uji dituang ke dalam gelas beker sampai ¾ volume
- Masukan pipa kapiler yang telah ditentukan dimeter dalamnya hingga hampir menyentuh dasar gelas beker
- Ukur ketinggian naiknya sampel dari permukaan larutan pad gelas beker sampai naiknya sampel
- Tentukan tegangan permukaan larutan sampel dengan memasukan kedalam persamaan berikut:
- Tegangan permukaan ditentukan pada suhu kamar dan suhu 40 ◦C
Hasil
Percobaan dan Perhitungan :
Pengolahan Data
Tabel
Data Hasil Pengamatan
Kel.
|
Sample
|
Berat (gram)
|
Rambat Kapiler (cm)
|
|||
Piknometer kosong (W1)
|
Piknometer
Dan Air (W2)
|
Piknometer
Dan Sample (W3)
|
Air
|
Sample
|
||
1
|
Alkohol
|
15,4420
|
40,6014
|
35,6724
|
1,5
|
0,9
|
2
|
Gliserin
|
14,2575
|
39,3293
|
45,7398
|
1,3
|
0,7
|
3
|
Minyak
|
15,3060
|
40,2219
|
36,2550
|
1,3
|
1,1
|
4
|
Alkohol 400 C
|
14,9579
|
39,9098
|
34,6178
|
1,2
|
1
|
5
|
Gliserin 400 C
|
12,7737
|
22,9801
|
25,1409
|
1
|
0,8
|
6
|
Minyak 400 C
|
15,8935
|
40,8001
|
36,4580
|
1,5
|
1,3
|
Perhitungan
Kelompok 1 :
Massa Jenis Alkohol (ρ) = 35,6724 -
15,4420 = 20,2304 = 0,8041
g/mol
40,6014 - 15,4420 25.1594
40,6014 - 15,4420 25.1594
Kelompok 2 :
Massa Jenis Gliserin (ρ) = 45,7398 -
14,2575 = 31,4823 = 1,2557 g/mol
39,3293 - 14,2575 25.0718
39,3293 - 14,2575 25.0718
Kelompok 3 :
Massa Jenis Minyak (ρ) = 36,2550 - 15,3060= 20,9490 = 0,8408 g/mol
40,2219 - 15,3060 24,9159
40,2219 - 15,3060 24,9159
Kelompok 4 :
Massa Jenis Alkohol 400 C (ρ)
= 34,6178 - 14,9579 = 19,6599 = 0,7879 g/mol
39,9098 - 14,9579 24,9519
39,9098 - 14,9579 24,9519
Kelompok 5 :
Massa Jenis Gliserin 400 C
(ρ) = 25,1409 - 12,7737 = 12,3672 = 1,2117 g/mol
22,9801 - 12,7737 10,2064
22,9801 - 12,7737 10,2064
Kelompok 6 :
Massa Jenis Minyak 400 C (ρ)
= 36,4580 - 15,8935 = 20,5645 = 0,8257 g/mol
40,8001 - 15,8935 24,906
40,8001 - 15,8935 24,906
Catatan : Diameter pipa kapiler (r) = 1,1 mm = 0,11 cm
Gaya Gravitasi (g) = 981 cm/s2
Gaya Gravitasi (g) = 981 cm/s2
Kelompok 1 :
Tegangan permukaan Air : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,5 = 80,9325 dyne/cm
Tegangan permukaan Alkohol : ½ x 0,11 cm x 0,8041 x 981 x 0,9 = 39,0467 dyne/cm
Tegangan permukaan Air : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,5 = 80,9325 dyne/cm
Tegangan permukaan Alkohol : ½ x 0,11 cm x 0,8041 x 981 x 0,9 = 39,0467 dyne/cm
Kelompok 2 :
Tegangan permukaan Air : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,3 = 70,1415 dyne/cm
Tegangan permukaan Gliserin : ½ x 0,11 cm x 1,2557 x 981 x 0,7 = 47,4259 dyne/cm
Tegangan permukaan Air : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,3 = 70,1415 dyne/cm
Tegangan permukaan Gliserin : ½ x 0,11 cm x 1,2557 x 981 x 0,7 = 47,4259 dyne/cm
Kelompok 3 :
Tegangan permukaan Air : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,3 = 70,1415 dyne/cm
Tegangan permukaan Minyak : ½ x 0,11 cm x 0,8408 x 981 x 1,1 = 49,9019 dyne/cm
Tegangan permukaan Air : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,3 = 70,1415 dyne/cm
Tegangan permukaan Minyak : ½ x 0,11 cm x 0,8408 x 981 x 1,1 = 49,9019 dyne/cm
Kelompok 4 :
Tegangan permukaan Air 400 C : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,2 = 64,746 dyne/cm
Tegangan permukaan Alkohol 400 C : ½ x 0,11 cm x 0,7879 x 981 x 1 = 42,5111 dyne/cm
Tegangan permukaan Air 400 C : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,2 = 64,746 dyne/cm
Tegangan permukaan Alkohol 400 C : ½ x 0,11 cm x 0,7879 x 981 x 1 = 42,5111 dyne/cm
Kelompok 5 :
Tegangan permukaan Air 400 C : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1 = 53,955 dyne/cm
Tegangan permukaan Gliserin 400 C : ½ x 0,11 cm x 1,2117 x 981 x 0,8 = 52,3018 dyne/cm
Tegangan permukaan Air 400 C : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1 = 53,955 dyne/cm
Tegangan permukaan Gliserin 400 C : ½ x 0,11 cm x 1,2117 x 981 x 0,8 = 52,3018 dyne/cm
Kelompok 6 :
Tegangan permukaan Air 400 C : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,5 = 80,9325 dyne/cm
Tegangan permukaan Minyak 400 C : ½ x 0,11 cm x 0,8257 x 981 x 1,3 = 57,9159 dyne/cm
Tegangan permukaan Air 400 C : ½ x 0,11 cm x 1 x 981 x 1,5 = 80,9325 dyne/cm
Tegangan permukaan Minyak 400 C : ½ x 0,11 cm x 0,8257 x 981 x 1,3 = 57,9159 dyne/cm
Tabel Kesimpulan
Kelompok
|
Sample
|
Kerapatan
(g/mol)
|
Ketinggian
Sampel (cm)
|
Tegangan
Permukaan (dyne/cm)
|
1
|
Air
|
1
|
1,5
|
80,9325
|
Alkohol
|
0,8041
|
0,9
|
39,0467
|
|
4
|
Air 400 C
|
1
|
1,2
|
64,746
|
Alkohol 400 C
|
0,7879
|
1
|
42,5111
|
|
2
|
Air
|
1
|
1,3
|
70,1415
|
Gliserin
|
1,2557
|
0,7
|
47,4259
|
|
5
|
Air 400 C
|
1
|
1
|
53,955
|
Gliserin 400 C
|
1,2117
|
0,8
|
52,3018
|
|
3
|
Air
|
1
|
1,3
|
70,1415
|
Minyak
|
0,8408
|
1,1
|
49,9019
|
|
6
|
Air 400 C
|
1
|
1,5
|
80,9325
|
Minyak 400 C
|
0,8257
|
1,3
|
57,9159
|
Pembahasan
:
Dalam praktikum kali ini. Digunakan
metode kenaikan pipa kapiler untuk dapat mengetahui tegangan permukaan beberapa
pelarut yaitu ait, alkohol, minyak, dan gliserin pada suhu kamar (27cC)
dan ketika dinaikkan menjadi 40 cC.
Dalam hal ini, kelompok empat mengukur tegangan permukaan air (aquadest) dan
alkohol.
Untuk
mengukur tegangan permukaan, kerapatan yang dimiliki masing-masing senyawa
harus diketahui terlebih dahulu, untuk itu digunakan piknometer, dimana
ditimbang massa piknometer kosong (W0), massa piknometer berisi air
(W1), dan piknometer yang berisi senyawa (W2) pada suhu 270C
dan suhu 400C, dengan menggunakan rumus :
Setelah
mengetahui kerapatan masing-masing senyawa, barulah dapat dihitung tegangan
permukaannya. Berdasarkan data percobaan, pada suhu 270C air
memiliki tegangan permukaan sebesar 70,1415 dyne/cm, minyak memiliki tegangan
permukaan sebesar 49,9019 dyne/cm, gliserin memiliki tegangan permukaan 47,4259
dyne/cm, dan alkohol memiliki tegangan permukaan sebesar 39,0467 dyne/cm.
Sedangkan pada suhu 400C air memiliki tegangan permukaan sebesar 64,746
dyne/cm, minyak memiliki tegangan permukaan sebesar 57,9159 dyne/cm, gliserin
memiliki tegangan permukaan sebesar 52,3018 dyne/cm, dan alkohol memiliki
tegangan permukaan sebesar 42,5111 dyne/cm.
Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa yang memiliki tegangan permukaan paling besar
adalah air. Jika dilihat dari kepolaritasan keempat senyawa tersebut, air
bersifat paling polar. Hal ini sesuai dengan teoritis dimana semakin polar suatu
senyawa maka semakin besar tegangan permukaan senyawa tersebut. Namun, terdapat
beberapa kesalahan pada hasil percobaan. Seharusnya minyak memiliki tegangan
permukaan paling rendah namun pada hasil percobaan tidak sesuai.
Selain itu dapat
dilihat pula bahwa tegangan permukaan pada suhu 270C lebih besar
dari pada tegangan permukaan pada suhu 400C. Hal ini sesuai pula
dengan literatur dimana semakin tinggi suhu suatu senyawa maka tegangan
permukaannya semakin kecil dan begitu pula sebaliknya. Namun, terdapat pula
beberapa hasil percobaan yang tidak sesuai dengan literatur.
Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa percobaan yang telah dilakukan ternyata
mengalami sedikit penyimpangan dengan data pada literatur. Hal ini mungkin
disebabkan beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Tegangan permukaan dipengaruhi juga oleh suhu. Pada praktikum ini dilakukan
pada suhu 270C dan 400C. Kemungkinan terjadi
ketidaksamaan suhu antar kelompok satu dengan kelompok lainnya.
2. Kekurang telitian praktikan dalam
membaca skala pada pipa kapiler.
3. Kekurang telitian praktikan dalam
penimbangan massa piknometer dalam menentukan kerapatan senyawa.
Kesimpulan
:
Dari data pengamatan dan pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa :
- Untuk mengetahui tegangan permukaan beberapa senyawa dapat digunakan Metode Kenaikan Pipa Kapiler.
- Nilai tegangan permukaan paling besar adalah air.
- Tegangan permukaan pada suhu 270C lebih besar dari pada tegangan permukaan pada suhu 400C.
- Semakin tinggi sifat kepolaran suatu senyawa maka semakin besar tegangan permukaan.
- Semakin tinggi suhu suatu senyawa maka tegangan permukaannya semakin kecil dan begitu pula sebaliknya.
- Tegangan permukaan suatu senyawa berbeda-beda.
Daftar
Pustaka
Martin,
A., 1993,Farmasi Fisika, Buku II, 1022-1023, 1036-1038, UI Press, Jakarta
Moechtar,
1990, Farmasi Fisika, 169, UGM Press, Yogyakarta
Unknown
Delvina Ginting : Quality Assurance Validation Support at Boehringer Ingelheim Provinsi Jawa Barat, Indonesia Farmasi. Saat Ini : Boehringer Ingelheim. Sebelumnya : Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES). Pendidikan : Universitas Padjadjaran (Unpad).
0 komentar