Laporan Praktikum Fisiologi Pencernaan
11:49
LAPORAN
PRAKTIKUM
I.
JUDUL
II.
TUJUAN
1.
Mengamati
kerja enzim amilase ludah
2.
Mengamati
pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase
III.
LANDASAN TEORI
Pencernaan makanan yang terjadi
didalam saluran pencernaan makanan dilakukan melalui dua cara, yaitu :
- Pencernaan secara mekanik, pemecahan makanan yang dilakukan melalui pengunyahan makanan oleh gigi. Pengadukan serta penggerakan makanan dengan melalui kerja otot yang terdapat di dinding saluran pencernaan makanan.
- Pencernaan secara kimiawi, pencernaan makanan yang dilakukan oleh enzim. Enzim ini dihasilkan oleh dinding saluran pencernaan dan oleh kelenjar-kelenjar yang letaknya di luar saluran pencernaan.
Enzim adalah protein spesifik yang berfungsi
sebagai biokatalisator( mempercepat proses hidrolisis), tidak ikut serta dalam
proses reaksi dan diperoleh kembali pada akhir reaksi (sifat dan jumlah tidak
berubah).
Kerja enzim sangat spesifik, artinya satu
macam enzim akan bekerja memecahkan substrat tertentu. Enzim ini tidak dapat
bekerja untuk substrat lain, seperti misalnya enzim lipase hanya dapat
memecahkan lemak saja. Enzim pencernaan yang terdapat di dalam berbagai getah
pencernaan terdiri dari 3 kelompok yaitu
amilase, lipase, dan protease yang masing-masing untuk mencerna zat makanan
yang berupa karbohidarat, lemak, dan protein.
Sekitar 1500 ml air liur disekresi per hari.PH
saliva saat saat kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi saat
sekresi aktif, PH nya mencapai 8,0.
IV.
ALAT DAN BAHAN
·
Alat
-
Tabung reaksi 6 buah
-
Erlenmeyer
-
Gelas beker
-
Penangas air
-
Pipet ukur
-
Pengaduk
-
Termometer
-
Penjepit kayu
-
Cawan
-
Gelas ukur
·
Bahan
-
Saliva yang
telah disaring 5 ml
-
Larutan amilum
30 ml
-
Larutan
benedict 6 ml
-
Aquades
V.
CARA KERJA
Campuran
amylum + saliva yang tidak dipanaskan
1. Mengisi tabung reaksi 1-3 dengan 1 ml larutan benedict
2. Mengukur amylum dengan pipet ukur 15 ml, lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer
3. Memasukkan saliva 2,5 ml yang telah disaring kedalam larutan amylum 15 ml dalam erlenmeyer
4. Dengan interval waktu 5 menit,campuran no.3 dibagi menjadi 3, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan benedict
5. Campuran no.4 dipanaskan hingga warna larutan sampai berubah menjadi kuning atau merah bata
6. Mencatat perubahan warna yang terjadi
7. Mengangkat dan mendinginkan dalam air kran
8. Mengamati perubahannya setelah didinginkan
Campuran amylum + saliva yang terlebih dahulu dipanaskan
1.
Mengisi tabung reaksi 1-3 dengan 1 ml larutan
benedict
2.
Mengukur
amylum dengan pipet ukur 15 ml, lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer
3.
Memasukkan
saliva 2,5 ml yang telah disaring kedalam larutan amylum 15 ml dalam erlenmeyer
lalu dipanaskan pada suhu 600C
4.
Setelah
dipanaskan, lalu didinginkan sekitar 5 menit
5.
Dengan
interval waktu 5 menit,campuran amylum + saliva yang telah dingin dibagi
menjadi 3, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan benedict.
6.
Campuran no.5
dipanaskan hingga warna larutan sampai berubah menjadi kuning atau merah bata
7.
Mencatat
perubahan warna yang terjadi.
8.
Mengangkat dan
mendinginkan dalam air kran
9.
Mengamati
perubahannya setelah didinginkan.
VI.
HASIL
PENGAMATAN
Data Hasil Percobaan
A.
Campuran
amylum + saliva yang tanpa dipanaskan
TR
|
Warna
Campuran
|
||
Sblm
dipanaskan
|
Saat
dipanaskan
|
Setelah
dipanaskan
|
|
1
|
Biru
|
Kuning
muda
|
Kuning sedikit orange + endapan
orange banyak
|
2
|
Biru
|
Kuning
muda
|
Kuning sedikit orange + endapan
orange banyak
|
3
|
Biru
|
Kuning
muda
|
Kuning sedikit orange + endapan
orange banyak
|
B.
Campuran
amylum + saliva yang terlebih dahulu dipanaskan
TR
|
Warna
Campuran
|
||
Sblm
dipanaskan
|
Saat
dipanaskan
|
Setelah
dipanaskan
|
|
1
|
Biru
|
Kuning
muda
|
Kuning sedikit orange + endapan
orange sedikit
|
2
|
Biru
|
Kuning
muda
|
Kuning sedikit orange + endapan
orange sedikit
|
3
|
Biru
|
Kuning
muda
|
Kuning sedikit orange + endapan
orange sedikit
|
VII.PEMBAHASAN
Didalam mulut terdapat 3 kelenjar
ludah, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar
sublingualis. Ketiga kelenjar tersebut menghasilkan saliva yang mengandung
enzim amilase. Saat amilum bereaksi dengan enzim amilase, maka enzim tersebut
akan memecah amilum menjadi maltosa. Dan untuk melihat adanya monosakarida dan
gula reduksi maka dalam percobaan ini digunakan uji benedict. Apabila positif
maka larutan akan berubah warna menjadi merah bata atau terbentuk endapan merah
bata (orange).
Pada percobaan A, kita menguji
campuran amilum + saliva tanpa dipanaskan. Dari hasil percobaan menunjukkan
adanya perubahan warna campuran saat dipanaskan. Sebelum dipanaskan warna
campuran tersebut biru, saat dipanaskan warna larutan campuran tersebut berubah
menjadi kuning, setelah dipanaskan atau setelah didinginkan warna campuran
tersebut berubah kuning sedikit orange atau merah bata dengan terbentuk endapan
merah bata yang banyak. Hal ini menunjukkan terbentuk maltosa, dan enzim
amilase bekerja dengan baik. Ini terjadi karena, pada saat kita selesai
mencampurkan benedict dengan campuran amilum + saliva tidak segera dipanaskan,
melainkan ditunggu beberapa menit dulu,sehingga enzim telah bereaksi.
Pada percobaan B, kita menguji
campuran amilum + saliva dengan dipanaskan. Dari hasil percobaan menunjukkan
adanya perubahan warna campuran saat dipanaskan. Sebelum dipanaskan warna
campuran tersebut biru, saat dipanaskan warna larutan campuran tersebut berubah
menjadi kuning, setelah dipanaskan atau setelah didinginkan warna campuran
tersebut berubah kuning sedikit orange atau merah bata, tetapi terbentuk endapan merah bata yang lebih
sedikit dari pada percobaan A. Hal ini menunjukkan terbentuk maltosa. Tetapi
dibandingkan percobaan A, pada percobaan B terbentuk endapan merah bata yang
lebih sedikit. Dan enzim tidak mengalami denaturasi, melainkan masih bekerja
dengan baik, meskipun tidak sebaik kerjanya seperti pada percobaan A. Ini
karena pada saat kita memanaskan amilum + saliva pada suhu 400 C
bukan pada suhu 600 C, pada suhu 400 C kemungkinan enzim
malah bekerja semakin aktif karena pada suhu tersebut masih tergolong suhu
optimum.
VIII.
KESIMPULAN
- Semakin tinggi suhu ( melampauhi suhu optimum ), enzim akan mengalami denaturasi akibatnya enzim kehilangan bentuk fungsionalnya oleh rusaknya ikatan hidrogen sehingga tidak dapat mengubah amilum menjadi maltosa.
- Percobaan A dan B terbentuk maltosa pada keduanya, namun endapan merah bata pada percobaan A lebih banyak dari pada percobaan B
- Kerja enzim amilase adalah mengubah mengubah amilum menjadi maltosa, hal ini ditunjukkan dengan adanya endapan dalam campuran setelah dipanaskan dan warna larutan berubah sedikit orange/ merah bata.
- Suhu optimum enzim bekerja sekitar 370 C
DAFTAR PUSTAKA
Ganong,W.F. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi : 22. 2008.Jakarta : EGC
Saktiyono.2008.
Seribu Pena Biologi. Jakarta : Erlangga.
Sheerwood,Lauralee.Fisiologi
Manusia. Alih bahasa, Brahm; editor, Beatrice l.Santosa- Ed.2 –Jakarta :
EGC,2001
Tags:
Fisiologi Pencernaan
Unknown
Delvina Ginting : Quality Assurance Validation Support at Boehringer Ingelheim Provinsi Jawa Barat, Indonesia Farmasi. Saat Ini : Boehringer Ingelheim. Sebelumnya : Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES). Pendidikan : Universitas Padjadjaran (Unpad).
0 komentar