Tujuan
Percobaan :
·
Menghitung jumlah golongan surfaktan
yang digunakan dalam pembuatan emulsi.
·
Membuat emulsi dengan mengunakan
emulgator golongan surfaktan.
·
Mengevaluasi ketidakstabilan suatu
emulsi.
·
Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan
dalam pembuatan emulsi.
Teori
Umum :
A. Defenisi
Emulsifikasi
Emulsifikasi
merupakan proses pembentukan emulsi pada suatu sediaan farmasi(susanti.2008) .
Terdapat beberapa pengertian tentang emulsi, yaitu :
1.
Menurut FI III : 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat cair atau cairan obat terdispersidalam cairan pembawa distabilkan dengan
zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
2.
Menurut FI IV : 6
Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah
satu cairannya terdispersi dalam cairanyang lain dalam bentuk tetesan-tetesan
kecil.
3.
Menurut Ensyclopedia : 138
Umumnya digambarkan sebagai sistem heterogen,
terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur. Satu diantaranya didispersikan
secara seragam sebagai tetesan kecil dalamcairan lain.
4.
Menurut Formularium Nasional : 412
Emulsi
adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam
sistemdispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya;umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi.
Dalam
bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya
dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa
minyak, terdispersi di dalam fasa air
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa
air terdispersi di dalam fasa minyak.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan
komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi
adalah PGA, tragakan, gelatin, sapodan lain-lain. Pada pembuatan emulsi,
surfaktan juga dapat digunakan sebagai emulgator. Jika surfaktan yang digunakan
sebagai emulgator maka dapat terbentuk suatu emulsi ganda (multiple emulsion).
Sistem ini merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya. Mekanisme
kerja emulgator semacam
ini berdasarkan atas
kemampuannya menurunkan
tegangan permukaan air
dan minyak serta
membentuk lapisan monomolecular
pada permukaan globul fase terdispersi.
Beberapa zat pegemulsi yang umum digunakan
:
Nama
|
Golongan
|
Tipe
emulsi yang terbentuk
|
Trietanolamin oleat
|
Zat aktif permukaan (anionic)
|
o/w (HLB = 12)
|
N-setil N-etilmorfolinum etosulfat
|
Zat aktif permukaan (anionic)
|
o/w (HLB = 25)
|
Sorbiton monoleat
|
Zat aktif permukaan (anionic)
|
o/w (HLB
= 4.3)
|
Polioksietilen sorbiton monoleat
|
Zat aktif permukaan (anionic)
|
o/w (HLB = 15)
|
akasia
|
Koloid hidrofilik
|
o/w
|
gelatin
|
Koloid hidrofilik
|
o/w
|
bentonit
|
Partikel padat
|
o/w
|
vagum
|
Partikel padat
|
o/w
|
Karbon hitam
|
Partikel padat
|
o/w
|
Ada 3 macam golongan emulgator :
a. Adsorpsi monomolekuler / surfaktan
b. Adsorpsi molekuler
c. Adsorpsi partikel padat
Adsorpsi monomolekuler
/ surfaktan
Secara kimia molekul surfaktan terdiri
atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem
yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus polar akan mengarah ke fase air
sedangkan gugus non polar akan mengarah ke fase minyak. Surfaktan yang
didominasi gugus polar akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air.
Sedangkan jika molekul surfaktan lebih didominasi gugus non polar akan cenderung
menghasilkan emulsi air dalam minyak. Metode
yang dapat digunakan
untuk menilai efisiensi
surfaktan sebagai emulgator
adalah Metode HLB (hydrophilic-lipophilic balance).
Griffin menyusun suatu skala ukuran HLB
surfaktan yang dapat digunakan menyusun daerah efisiensi HLB optimum untuk setiap fungsi surfaktan.
Semakin tinggi nilai HLB suatu
surfakatan, sifat kepolarannnya akan meningkat. Disamping itu, HLB butuh minyak
yang digunakan juga perlu diketahui. Pada umumnya nilai HLB butuh suatu minyak adalah tetap untuk setiap
emulsi tertentu dan nilai ini di tentukan berdasarkan percobaan. Menurut Griffin, nilai HLB butuh
setara dengan nilai HLB surfaktan yang digunakan untuk mengemulsikan minyak
dengan air sehingga membentuk suatu emulsi yang stabil.
Contoh :
R/ paraffin cair 20% HLB 12
Emulgator 5%
Air ad 100%
Secara teoritis
emulgator dengan HLB 12 merupakan emulgator yang paling cocok untuk pembuatan
emulsi dengan formulasi diatas. Tetapi pada kenyataannya jarang sekali
ditemukan surfaktan dengan HLB yang nilainya sama dengan nilai HLB butuh minyak
fase minyak.oleh karena itu pengunaan kombinasi surfaktan dengan nilai HLB
rendah dan tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik.hal ini disebabkan
karena dengan mengunakan kombinasi emulgator yang akan diperoleh nilai HLB
butuh minyak, misalnya pada emulsi tersebut diatas mengunakan kombinasi tween
80 (HLB 15) dan span (HLB 4,3) diperlukan perhitungan jumlah masing-masing
emulgator.jumlah tersebut dihitung melalui cara berikut :
Jumlah emulgator yang dibutuhkan =
5% x 100 g =5 g
Misalkan jumlah tween 80 = a g,
maka span 80 =(5- a) g
Persamaan :
(a x 15)+(5-a) x (4,3)
=(5x12)
15a + 21,5 – 4,3 a = 60
10,7 a =38,5
a = 3,6
jadi, jumlah tween 80 yang dibutukan =
3,6 g
jumlah span 80
yang dibutuhkan = (5-3,6) g =1,4 g
disamping itu,
pengunaan kombinasi dua emulgator akan menghasilkan emulsi yang stabil karena
terbentuknya lapisan monomolekuler yang lebih rapat pada permukaan globul.
Ketidakstabilan
Emulsi
a. Flokulasi dan Creming
Fenomena ini terjadi
karena pengabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energy bebas permukaa
semata.sifatnya reversible.
b. Pengabungan dan Pemecahan
koalesan dan breaking. Pecahnya emulsi karena lapisan film
yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
ireversibel (tidak bias diperbaiki).
c. Berbagai Jenis Perubahan Kimia dan
Fisika
Peristiwa kimia seperti
penambahan alkhol,perubahan CaCl2. Peristiwa fisika, seperti pemanasan,peyaringan,pendiginan
dan pengadukan.
d. Inverse Fase
Peristiwa berubahnya
sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya dan sifat
irreversible.
Alat
dan Bahan :
Alat
1. Lumping Dan Alu
2. Gelas Ukur
3. Hotplate
4. Gelas Beker
5. Batang Pengaduk
6. Thermometer
|
Bahan
1. Minyak
2. Aquadest
3.
Tween
4. Span
|
Percobaan :
Penentuan
HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
R/ Minyak 30
Tween +
Span 30%
Air ad 100
Dibuat emulsi
dengannilai HLB butuh masing-masing 8,9,10,11,12,13.
Penentuan
HLB butuh minyak dengan jarak HLB Sempit
Dari
hasil percobaan di atas diperoleh nilai HLB butuh berdasarkan emulsi yang
tampak relatif paling stabil. Misalnya nilai HLB butuhnya 9, maka untuk
memperoleh nilai HLB butuh lebih akurat, perlu satu seri emulsi lagi dengan
nilai HLB 8 sampai 10 dengan jarak HLB masing-masing 0,25.
Prosedur
Kerja :
- Menghitung jumlah tween dan spa yang dibutuhkan untuk setiap nilai HLB butuh.
- Menimbang masing-masing minyak,air,tween,dan spa sejumlah yang dibutuhkan
- Mencampurkan minyak dengan spa,mencampurkan air dengan spa alu keduanya dipanaskan diatas tengas air suhu 60 derajat C
- Memasukkan campuran minyak kedalam campuran air didalam lumping dan segera diaduk menggunakan pengaduk selama 5 menit.
- Memasukkan emulsi kedalam gelas ukur dan diberi tanda sesuai nilai HLB masing-masing.
- Tangga emulsi dalam tabung di usahakan sama dan mencatat waktu mulai memasukkan emulsi kedalam tabung.
- Mengamati jenis emulsi dalam tabung diusahakan sama dan mencatat waktu mulai memasukkan emulsi kedalam tabung.
- Menentukan pada nilai HLB berapakah emulsi tampak relative paling stabil.
Hasil
Percobaan dan Perhitungan :
PERHITUNGAN
1.
Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
Kelompok 4 menghitung HLB 12
Jumlah emulgator yang dibutuhkan : 3 % x 100 g = 3 g
Minyak : 30 %
Air : add 100
Misalkan ; jumlah tween 80 HLB 15 = a g, Maka span 80 HLB 4,3 = (3-a) g
Misalkan ; jumlah tween 80 HLB 15 = a g, Maka span 80 HLB 4,3 = (3-a) g
Persamaan :
(a x
15) + (3 - a) x 4,3 = 3 x 12
15 a
+ 12,9 – 4,3 a = 36
10,7 a = 23,1
a = 23,1 = 2,16
gram
10,7
10,7
Jadi, jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,16 gram
Jumlah span 80 yang dibutuhkan = (3 – 2,16 ) gram = 0,84 gram
2.
Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB sempit
Kelompok 4 menghitung HLB 14,25
Jumlah emulgator yang dibutuhkan : 6 % x 100 g = 6 g
Minyak : 30 %
Air : add 100
Misalkan ; jumlah tween 80 HLB 15 = a g, Maka span 80 HLB 4,3 = (6 - a) g
Air : add 100
Misalkan ; jumlah tween 80 HLB 15 = a g, Maka span 80 HLB 4,3 = (6 - a) g
Persamaan :
(a x 15 ) + (6 - a) x 4,3 = 6 x 14,25
(a x 15 ) + (6 - a) x 4,3 = 6 x 14,25
15 a
+ 25,8 – 4,3 a = 85,5
10,7 a = 59,7
a = 59,7 = 5,58 gram
10,7
10,7
Jadi, jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 5,58 gram
Jumlah span 80 yang dibutuhkan = (6 – 5,58 ) gram = 0.42 gram
Tabel
Massa Tween dan Span yang dibutuhkan pada masing-masing nilai HLB butuh Jarak
lebar
Nilai HLB
|
Massa Tween
(gram)
|
Massa Span
(gram)
|
9
|
1,3
|
1,7
|
10
|
1,6
|
1,4
|
11
|
1,9
|
1,1
|
12
|
2,2
|
0,8
|
13
|
2,4
|
0,6
|
14
|
2,7
|
0,3
|
Tabel
Massa Tween dan Span yang dibutuhkan pada masing-masing nilai HLB butuh Jarak sempit
Nilai HLB
|
Massa Tween
(gram)
|
Massa Span
(gram)
|
13,25
|
5
|
1
|
13,5
|
5,2
|
0,8
|
13,75
|
5,3
|
0,7
|
14,25
|
5,6
|
0,4
|
14,5
|
5,7
|
0.3
|
14,75
|
5,9
|
0,1
|
HASIL PENGAMATAN
1.
Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar (menggunakan data
anak kelas A)
Dengan
komposisi : Emulgator 6 %, Minyak 30 % dan Air add 100 %
Hari
|
HLB Butuh Minyak
|
|||||
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
9
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
50,6
ml
|
59,2
ml
|
45
ml
|
44
ml
|
50,5
ml
|
50,2
ml
|
4
|
52,1
ml
|
59,2
ml
|
47
ml
|
44,5
ml
|
50,5
ml
|
50,6
ml
|
5
|
52,5
ml
|
59,6
ml
|
51
ml
|
44,5
ml
|
51
ml
|
50,6
ml
|
6
|
52,8
ml
|
60,3
ml
|
51,5
ml
|
44,5
ml
|
51
ml
|
50,6
ml
|
Keterangan : Data letak batas antara lapisan
pertama dan lapisan kedua.
HLB Butuh Minyak
|
Keterangan
|
10
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
11
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
12
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
13
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
14
|
Creaming
lebih lama terjadi.
Emulsi relatif stabil. |
9
|
Creaming
langsung terjadi dan panjang creaming lebih panjang di antara yang lain.
Emulsi relatif paling tidak stabil. |
2.
Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB sempit
Dengan komposisi : Emulgator 6 %, Minyak 30 % dan Air add 100
Dengan komposisi : Emulgator 6 %, Minyak 30 % dan Air add 100
Hari
|
HLB butuh minyak
|
|||||
13.25
|
13.5
|
13.75
|
14.25
|
14.5
|
14.75
|
|
1
|
B
: 0-51
T : 51-56,5
A
: 56,5-75
|
B:
0-38
T : 38-39
A
: 39-75
|
B:
0-45,5
T : 45,5-46
A
: 46-75
|
B
: 0-45
T : 45-49
A
: 49-75
|
B
: 0-50
T : 50-51
A
: 51-75
|
B:
0-48
T : 48-49,5
A
:49,5-75
|
2
|
B:
0-51
T : 51-56,5
A
: 56,5-75
|
B
: 0-46
T : 46-49
A
: 49-75
|
B
: 0-46
T : 46-47,5
A
: 47,5-75
|
B:
0-45
T : 45-49
A
: 49-75
|
B:
0-50
T : 50-51
A
: 51-75
|
B:0-48
T : 48-49,5
A
:49,5-75
|
3
|
B
: 0-51
T : 51-56,5
A
: 56,5-75
|
B
: 0-46
T : 46-49
A
: 49-75
|
B
: 0-47
T : 47-48,5
A
: 48,5-75
|
B
: 0-45,5
T : 45,5-50
A
: 50-75
|
B
: 0-50
T : 50-51
A
: 51-75
|
B
: 0-48
T : 48-49,5
A
:49,5-75
|
4
|
B:
0-51,5
T : 51,5-56
A
: 56-75
|
B:
0-46
T : 46-49
A
: 49-75
|
B:
0-47l
T : 47-48,5
A
: 48,5-75
|
B:
0-45,5
T : 45,5-50
A
: 50-75
|
B
: 0-50
T : 50-51
A
: 51-75
|
B
: 0-48
T : 48-49,5
A
:49,5-75
|
5
|
B
: 0-51,5
T : 51,5-56
A
: 56-75
|
B
: 0-46
T : 46-49
A
: 49-75
|
B
: 0-47.5
T : 47,5-48,5
A
:48,5-75
|
B
: 0-44
T : 44-50
A
:50-75
|
B
: 0-51
T : 51-53
A
: 53-75
|
B:0-49,5
T : 49,5-50
A
:50-75
|
Keterangan : B
: Bawah, T : Tengah, A : Atas
HLB Butuh Minyak
|
Keterangan
|
13,25
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
13,5
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
13,75
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi masih relatif tidak stabil. |
14,25
|
Creaming
langsung terjadi.
Emulsi relatif stabil. |
14,5
|
Creaming
lebih lama terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
14,75
|
Creaming
lebih lama terjadi.
Emulsi relatif tidak stabil. |
Pembahasan
:
Pada
percobaan kali ini digunakan surfaktan dengan kombinasi yaitu tween 80 dan span
80, oleh karena itu diperlukan nilai HLB (Hydrophylic – Lypopilic Balance)
butuh minyak. HLB butuh minyak setara dengan HLB campuran surfaktan yang
digunakan untuk mengemulsikan minyak sehingga membentuk emulsi yang stabil. HLB
butuh minyak ini perlu ditentukan apabila emulsi menggunakan kombinasi
surfaktan, jika hanya menggunakan satu jenis surfaktan tidak diperlukan nilai
HLB butuh minyak. HLB butuh minyak harus berada di rentang nilai HLB kombinasi
surfaktan. Pada prakktikum ini digunakan surfaktan tween 80 dengan nilai HLB 15
dan span 80 nilai HLBnya 4,3.
Pada percobaan
emulsifikasi ini awalnya akan dibuat satu seri emulsi dengan nilai HLB butuh
jaarak lebar yang masing-masing adalah 9,10,11,12,13, dan 14. Bahan yang
digunakan adalah minyak dan air, sedangkan untuk emulgator digunakan emulgator
kombinasi surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80.
Pencampuran Tween 80 dengan air karena nilai HLB Tween 80 relatif tinggi
yaitu sebesar 15. Nilai HLB yang tinggi menunjukkan bahwa Tween 80 bersifat
polar sehingga dapat bercampur dengan air yang bersifat polar. Sedangkan Span
80 dicampur dengan fase minyak, karena Span 80 memiliki nilai HLB yang lebih
rendah yaitu 4,3 dan menunjukkan bahwa Span 80 bersifat non polar sehingga
dapat bercampur dengan minyak.
Terbentuknya
emulsi ditandai dengan berubahnya warna campuran menjadi putih susu. Setelah
beberapa menit emulsi yang terbentuk dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi dan
diberi tanda sesuai dengan nilai HLB-nya. Tinggi emulsi dalam tabung diusahakan
sama agar mempermudah dalam membandingkan kestabilan dari tiap emulsi.
Selanjutnya, diamati ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 5 hari. Dari
hasil pengamatan, setelah emulsi dipindahkan ke dalam tabung sedimentasi semua
emulsi mengalami creaming. Terbentuknya creaming menandakan emulsi yang
terbentuk tidak stabil. Creaming yang terbentuk mengarah ke atas.
Foto sediaan emulsi
dengan HLB butuh dengan jarak jauh
Creaming
berpotensi terhadap terjadinya penggabungan fase dalam yang sempurna. Jadi,
semakin tinggi creaming yang terjadi, semakin besar pula potensi fase dalam
untuk bergabung secara sempurna.
Dari data
pengamatan dapat dilihat bahwa semua emulsi mengalami creaming sehingga dapat
dikatakan tidak ada yang stabil. Tinggi creaming pada emulsi dengan HLB 9 jauh
lebih tinggi dibandingkan tinggi creaming pada emulsi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa emulsi minyak oleum ricini dengan air pada HLB 9 paling tidak
stabil jika dibandingkan dengan emulsi pada HLB lainnya. Sedangkan pada HLB 14
memiliki creaming yang lebih rendah dari pada yang lainnya. Hal ini menunjukkan
pula bahwa emulsi pada HLB 14 yang paling stabil dibandingkan dengan yang
lainnya.
Dari praktikum
pertama diduga minyak X yang digunakan memiliki HLB butuh 14. Untuk memperjelas
hasil emulsi, kembali dilakukan praktikum dengan menggunakan jarak HLB butuh
dengan jarak pendek, dimana HLB yang digunakan mendekati HLB 14, yaitu HLB
butuh masing-masing 13.25, 13.50, 13.75, 14.25, 14.5, dan 14.75. setelah emulsi dibuat, masing-masing emulsi
tetap mengalami creaming. Namun lama pembentukan masing-masing emulsi
berbeda-beda. Yang paling lama mengalami creaming adalah emulsi dengan nilai HLB butuh 14,25.
Foto sediaan emulsi
dengan HLB butuh dengan jarak pendek
Tabung
sedimentasi memiliki diameter yang berbeda-beda, sehingga kestabilan dapat
dilihat pula dengan melihat kondisi warna emulsi. Pada HLB butuh 14,25 terlihat
warna yang paling keruh diantara yang lain. Warna yang keruh ini menandakan
bahwa masih terdapat globul-globul yang menyebar pada emulsi. Pada emulsi HLB
14,75 juga terlihat emulsi dengan warna keruh, namun pada bagian atasnya telah
mengalami breaking. Sehingga dapat di simpulkan bahwa emulsi yang relatif
stabil pada HLB butuh jarak sempit adalah emulsi dengan HLB 14,25.
Dari percobaan
ini dibandingkan pula keadaan sediaan emulsi kelas A dan kelas B dengan sistem
pengocokan berbeda. Kelas A menggunakan homogenizer dan kelas B menggunakan
lumpang alu. Didapatkan sistem emulsi yang lebih stabil adalah emulsi yang
menggunakan sistem pengocokan homogenizer.
Kesimpulan
:
Dari data
pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
- Untuk menentukan nilai HLB butuh minyak yang belum diketahui maka mencari HLBnya dengan cara melakukan percobaan dua kali, yaitu penentuan HLB minyak dengan jarak HLB lebar dan jarak HLB sempit.
- Emulsi dengan bahan air dan minyak oleum ricini menggunakan emulgator Tween dan Span 80 dengan HLB jarak lebar 9,10,11,12,13, dan 14 tidak stabil karena mengalami creaming, dimana creaming yang terbentuk mengarah ke atas.
- Diantara emulsi-emulsi yang diamati, emulsi yang paling tidak stabil adalah emulsi dengan HLB 9.
- Diantara emulsi-emulsi yang diamati, emulsi yang paling stabil adalah emulsi dengan HLB 14. Sehingga pada percobaan berikutnya ditentukan nilai HLB butuh minyak jarak sempit yang mendekati nilai HLB 14.
- Untuk nilai HLB jarak sempit, emulsi yang paling stabil yaitu pada nilai HLB butuh minyak 14,25.
- Semakin tinggi creaming yang terjadi, semakin besar pula potensi fase dalam untuk bergabung secara sempurna. Sehingga menunjukkan emulsi tersebut tidak stabil.
- Ketidakstabilan emulsi dapat terjadi karena penggunaan emulgator yang tidak sesuai, selain itu penurunan suhu yang tiba-tiba dapat menyebabkan emulsi menjadi tidak stabil. Penambahan air secara langsung dalam campuran juga mempengaruhi pembentukan emulsi yang tidak stabil.
- Kestabilan juga dipengaruhi oleh sistem pengocokan yang digunakan.
Daftar
Pustaka
- Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB
- Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
- Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen kesehatan RI
- Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
- Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.479 – 482
- Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.591
- http://www.perfspot.com/ Emulsi/ Diakses pada tanggal 8 Mei 2011
- Ibnuhayyan. 2008. Emulsi. Diakses pada tanggal 8 Mei 2011
- Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
.