VIRUS

03:34
             Merupakan Partikel bersel tunggal , ultramikroskopik (Tidak bisa dilihat dengan mikroskop biasa, kecuali virus simplek), berkembang biak dalam sel , melewati saringan kuman  

Sifat-sifat umum

1.    Tidak memiliki organisasi sel biasa
2.    Mengandung salah satu jenis asam nukleat RNA, atau DNA, TAPI TIDAK MEMILIKI KEDUA-DUANYA
3.    Tidak memiliki enzym yang diperlukan untuk mensintesa protein dan asam nukleat maka tergantung sama sekali pada sistem sintesis sel penjamu (hospes)
4.    Bekembang biak melalui proses yang rumit , tidak melalui pembelahan biner
5.    Tidak dipengaruhi antibiotik
6.    Peka terhadap interferon.


SIFAT-SIFAT VIRUS DIBANDINGKAN DENGAN PROKARIOT

Morfologi:
Ukuran: Ukuran virus berbeda-beda. Yang terbesar ialah virus cacar yang berukuran kira-kira 300 nm. Yang terkecil ialah virus penyakit kuku dan mulut yang berukuran 20 nm.

Cara pengukuran partikel virus ialah:
(i)    Dengan saringan membran kolodion dari berbagai ukuran lubang
(ii)    Pemusingan dengan kecepatan tinggi
(iii)    Dengan mikroskop elektron.

Bentuk Beberapa virus memiliki bentuk khas misalnya virus rabies yang memiliki bentuk peluru, virus cacar berbentuk seperti bata, virus mozaik tembakau berbentuk seperti batang, bakteriofaga mempunyai kepala dan ekor seperti sperma, virus influenza atau polio berbentuk bulat dan sebagainya.


Struktur Virus mempunyai inti asam nukleat yaitu RNA atau  DNA tetapi tidak keduanya. Inti asam nukleat ini dibungkus oleh selubung protein yang disebut kapsid. Kapsid sendiri terdiri dari sejumlah subunit yang disebut kapsomer. Kapsomer ini tersusun sebagai berikut:

(i)    Mengelilingi asam nukleat yang berulir, disebut susunan heliks.
(ii)    Sebagai kubus mengelilingi asam nukleat yang bulat, disebut susunan iksahedron.
Virion mungkin memiliki selubung atau telanjang. Selubung ini terdiri dari selaput sel pejamu jika virus dilepaskan secara pembentukan tunas. Selubung ini terdiri dari protein.
Subunit protein dapat dilihat sebagai duri-duri yang muncul dari permukaan selubung. Subunit ini disebut peplomer. Virus mungkin mempunyai lebih dari satu jenis peplomer, misalnya virus influenza memiliki dua peplomer:

(i)                Duri segitiga yaitu hemaglutinin
(ii)             Bentuk jamur yaitu neuraminidasa



Reaksi terhadap pengaruh kimia dan fisika:
(i)     Pemanasan dan pendinginan:
sebagian besar virus dimatikan dengan pemanasan pada 60°C selama 30 menit kecuali virus hepatitis, adeno associated virus dan "scrapie virus". Virus dapat disimpan lama pada minus 20°C sampai minus 70°C pada lemari pendingin khusus.
(ii)    pH: biasanya stabil pada pH 5 sampai 9. (pH cairan tubuh 7,35 -7,45)
(iii)    Kepekaan terhadap eter
Arbo, myxo dan herpes virus mati oleh eter sedangkan entero, reo dan adenovirus tahan terhadap eter
(iv)    Radiasi:
Sinar ultra ungu (UV), Sinar-X dan partikel-partikel logam berat menginaktifkan virus,
(v)     Zat warna vital:
Biru toluidin, merah netral dan jingga akridin dapat memasuki partikel virus.
Zat-zat warna ini bersatu dengan virus membuat virus peka terhadap efek inak-
tivasi dari cahaya yang dapat terlihat.
(vi)   Gliserol:
Virus tetap hidup pada larutan gliserol 50%, sedangkan kuman mati.
(vii). Stabilisasi oleh garam-garam:
Magnesium klorida, magnesium sulfat dan sodium menstabilkan beberapa jenis
         virus sehingga tidak diinaktifkan oleh pemanasan pada suhu 50°C selama 1 jam.
 (viii) Desinfektan:  
 Lisol, dettol tidak mematikan virus. Klorida dalam konsentrasi tinggi dapat mem-   bunuh virus. Formaldehida (, beta propiolakton, asam hidroklorida, KMnO4, H2O2 encer merupakan desinfektans yang paling bermanfaat untuk membunuh virus,
(ix)     Zat-zat antivirus:
 1-metilisatin b-tiosemikarbon telah dipakai untuk mengobati cacar, amantadin   untuk influenza, rubella dan respiratory syncitial virus.


Perkembangbiakan Virus:
Untuk perkembangbiakannya virus tergantung kepada mekanisme sintesis sel pejamu sebab
tidak memiliki enzim-enzim biosintesis. Urutan kejadian pembiakan itu ialah sebagai berikut:

 (1)    Adsorpsi:
                 Virus diabsorpsi pada tempat tertentu pada sel pejamu yang disebut reseptor. Pada virus polio reseptornya berupa lipoprotein yang ada pada permukaan sel usus. Reseptor sel pejamu untuk virus influenza merupakan glikoprotein yang ada pada permukaan epitel saluran napas.

(2)    Penetrasi:
Partikel virus dimakan oleh sel binatang dengan mekanisme yang disebut viropeksia yaitu mirip dengan fagositosis. Pada virus yang berselubung, selubung virus bergabung dengan selaput sitoplasma dan melepaskan nukleokapsid virus ke dalam sitoplasma.

(3)    Penelanjangan (uncoating):
Proses ini membuat virus kehilangan selubung luar dan kapsidnya. Dalam beberapa hal proses penelanjangan ini terjadi oleh enzim lisosom pejamu. Pada virus cacar, proses penelanjangan terjadi dalam dua langkah. Mula-mula selubung luar dihilangkan oleh lisosom yang ada pada vakuola fagositik sel pejamu. Kemudian inti virus (asam nukleat dan protein bagian dalam) dilepaskan ke dalam sitoplasma oleh enzim penelanjang virus. Jadi DNA virus terlepas.

(4)    Biosintesis:
Terjadi sintesis asam nukleat virus dan protein kapsid. Sintesis protein pengatur akan menghentikan metabolisme sel normal dan berubah menjadi produksi komponen-komponen virus. Virus DNA mengadakan sintesis komponen-komponen di dalam inti sel pejamu kecuali virus cacar yang membuatnya pada sitoplasma; sedangkan virus RNA mengadakan sintesis komponen-komponennya di dalam inti sel pejamu kecuali orthomyxovirus, paramyxovirus dan leukovirus. Biosintesis tersebut berlangsung dalam urutan sebagai berikut:
(i)        Transkripsi RNA pesuruh (m RNA) dari asam nukleat virus,
(ii    Translasi m RNA menjadi protein awal. Protein-protein ini memulai dan   mempertahankan sintesis komponen-komponenvirus dan menghentikan
    sintesis protein dan asam nukleat pejamu.
(iii)     Replikasi asam nukleat virus,
(iv)  Sintesis protein akhir yang merupakan komponen kapsid virion turunannya.



Transkripsi: Mekanisme transkripsi dan sintesis asam nukleat berbeda pada tiap jenis virus:
(a)             Pada asam nukleat berserat tunggal (single stranded =SS), serat   
pasangannya mula-mula disintesis membentuk serat rangkap (double stranded =DS) bentuk replikatif.

(b)    DNA virus serat rangkap (DS) bekerja sebagai cetakan untuk replikasi RNA menurut berbagai cara:

        (i)      Pada virus polio RNA SS langsung bekerja pada  mRNA
(ii)  RNA SS asal (Serat positif) bekerja sebagai cetakan untuk membuat serat pasangannya (serat negatif) yang bekerja  sebagai cetakan untuk progeni RNA virus.
(iii)  Pada RNA SS (misalnya influenza), RNA asal membuat serat negatif pasa­ngannya yang bekerja sebagai mRNA maupun sebagai cetakan untuk sintesis progeni RNA virus.
(iv) Virus RNA onkogenik (leukosvirus) menunjukkan siklus perkembangbiakan yang unik. Genom virus ialah RNA SS yang dikonversikan menjadi hibrida RNA-DNA melalui enzim "reverse transcriptase" virus (polimerasa DNA yang diarahkan oleh RNA) dari hibrida DNA DS nya disintesis lalu diintegrasikan kepada genom sel hospes (provirus). Provirus bekerja sebagai cetakan sintesis progeni RNA virus. Integrasi provirus ke dalam genom sel pejamu menyebabkan terjadinya transformasi sel dan timbulnya neoplasma.

(5)    Pematangan:
Sesudah sintesis asam nukleat dan protein virus selesai berlangsung, terjadilah penyatuan komponen-komponen tersebut menjadi virion-virion baru. Hal ini dapat terjadi pada inti sel (herpes dan adenovirus) atau sitoplasma (picorna dan cacar). Virus yang berselubung memperoleh selubungnya dari selaput sitoplasma sel hospes selama proses pertunasan. Virus yang tidak berselubung berada di dalam sel sebagai virion yang matang.

(6)    Pelepasan:
Pada virus kuman, pelepasan ini terjadi dengan terjadinya lisis bakteri yang terinfeksi. Pada virus binatang, pelepasan ini terjadi tanpa disertai lisis (myxovirus). Beberapa virus seperti virus polio dapat menyebabkan lisis sel.

Siklus replikasi:
(a)    pada virus binatang berlangsung selama 15 sampai 30 jam.
(b)    pada faga kuman berlangsung selama 15 sampai 30 menit.
Fase eklips ialah waktu mulai saat penetrasi virus ke dalam sel pejamu sampai munculnya virus-virus baru yang utuh. Pada fase ini tidak dapat diperlihatkan adanya virus di dalam sel pejamu.
Siklus pembiakan abnormal:
Fenomena non Magnus: Jika virus yang berbiak memiliki titer hemaglutinin tinggi tetapi infektivitasnya rendah.
Infeksi Abortif: Kadang-kadang di dalam sel pejamu komponen virus disintesis tetapi pematangan atau "assemblingnya" tidak berlangsung. Mungkin tidak terjadi pelepasan virus atau berupa progeni yang tidak menular.
Virus tak lengkap: Ada virus yang secara genetik tidak lengkap sehingga tidak mampu menghasilkan turunan yang infektif.

Pembiakan Virus:
Karena virus merupakan parasit intrasel mutlak dan tidak dapat berkembang biak pada perbenihan tanpa sel, maka ada 3 cara pembiakannya:
(a)  Penyuntikan pada binatang percobaan
(b)  Pembiakan pada embrio ayam
(c)  Biakan jaringan (kultur jaringan)


(a)    Binatang percobaan:
Merupakan salah satu cara tertua untuk membiakkan virus. Virus poliomielitis yang disuntikkan secara intraspinal atau intraserebral pada monyet akan menyebabkan penyakit kelumpuhan khas dan virusnya dapat ditemukan kembali. Mencit yang baru lahir peka terhadap virus coxsackie dengan menunjukkan gejala miositis berat disertai kelumpuhan. Virus cacar dapat digoreskan pada kulit atau cornea kelinci. Jaringan otak anjing rabies yang disuntikkan intraserebral pada mencit atau kelinci akan menyebabkan terjadinya ensefalitis.
Pertumbuhan virus pada binatang dapat diketahui dengan melihat gejala-gejala penyakit, adanya kelainan-kelainan yang tampak dan kematian binatang tersebut. Kadang-kadang adanya kekebalan pada binatang per­cobaan mengganggu pertumbuhan virus yang disuntikkan. Pada binatang percobaan dapat pula dtselidiki patogenesis, respons kekebalan dan epidemiologi penyakit virus.
(b)    Embrio ayam:
Lebih baik dari penyuntikan pada binatang percobaan karena sebab-sebab di bawah ini:
(i)    Telur bertunas bersih dan steril, bebas dari bakteri.
(ii)   Tidak memiliki mekanismc kekebalan seperti pada binatang per­ cobaan yang dapat menghalangi perkembangbiakan virus.
(iii)    Tidak memerlukan pemberian makanan dan sangkar.
(iv)    Embrio ayam mempunyai beberapa tempat untuk pembiakan virus misalnya selaput korioalantois (CAM) untuk cacar, vaksinia dan virus herpes, rongga alantois untuk pembiakan virus influenza dan beberapa jenis paramyxovirus, kantung amnion dapat dipakai untuk pengasingan virus influenxa dan kantung kunir telur untuk pem­biakan chlamysia, rickettsia dan beberapa jenis virus. Penyuntikan ke dalam rongga alantois dapat dipergunakan untuk membiakan virus influenza untuk pembuatan vaksin. Virus demam kuning (jenis 17 D) dan rabies (jenis Flury) serta vaksin lain dibuat di dalam embrio ayam.


 Kelemahan pembiakan pada telur bertunas:
1.     Telur dapat tercemar mikoplasma dan virus unggas laten yang dapat mengganggu pertumbuhan virus lain.
2.     Embrio ayam hanya peka terhadap beberapa jenis virus saja.
3.     Pencemaran sedikit saja pada bahan pemeriksaan akan mematikan embrio.
(c)     Biakan jaringan:
Biakan jaringan dari sel-sel manusia atau hewan sering dipergunakan untuk membiakkan virus. Ada 3 jenis utama biakan jaringan:
(1) Biakan alat tubuh misalnya biakan cincin trakea yang dipakai untuk mengasingkan coronavirus.
(2) Biakan "explant" sayatan jaringan dapat dipakai sebagai "explant" yang ditanamkan pada bekuan plasma. Cara ini tidak berguna pada virologi. Dahulu biakan jaringan "explant" adenoid dipakai untuk adenovirus.
(3)    Biakan sel
Cara ini yang paling umum dan cara yang baik untuk dipakai secara rutin dalam pembiakan virus. Dari potongan-potongan jaringan, sel dilepaskan oleh enzim proteolitik seperti tripsin serta penggoncangan mekants. Sesudah sel-sel ini dicuci, lalu disuspcnsikan pada perbenihan untuk pembiakan lalu disebarkan pada lempeng pctri, tabung reaksi atau bo to I. Sel-sel ini akan melekat pada permukaan gelas dan tumbuh membentuk lapisan "monolayer" (satu lapis sel) dan dapat dilihat de-ngan menggunakan mikroskop dengan pembesaran rendah. Ada 3 jenis biakan sel:

(a)    Biakan sel primer:
Jika sel normal yang baru diambil dari tubuh untuk pertama kali, sel-sel ini disebut biakan sel primer. Biakan ini dapat dipindah biakan berulang-ulang. Biakan tadi sangat berguna untuk pengasingan dan pembiakan virus untuk pembuatan vaksin misalnya biakan sel ginjal monyet Rhesus, biakan sel amnion manusia, biakan fibroblas embrio ayam dan lain-lain.
(b)    Strain sel diploid:
Dapat membelah 100 kali di dalam biakan. Berguna untuk pengasingan virus patogen yang sulit dibiakkan dan juga untuk membuat vaksin virus. Contohnya strain sel paru-paru embrio manusia (WI-38) dan strain sel embrio rhesus (HL-8).
(c)    Jalur sel berkesinambungan:
Merupakan satu jenis sel yang terutama berasal dari sel kanker. Juga dapat dibiak­kan beberapa generasi dengan memindahkannya dari satu tabung ke tabung lain tanpa perubahan sifat-sifat selnya. Hanya dipergunakan untuk pengasingan virus. Pembuatan vaksin pada sel-sel ini tidak aman untuk penggunaan pada manusia, misalnya sel HeLa (Galur sel berasal dari karsinoma serviks manusia).
Contoh lain galur sel berkesinambungan ialah:
K.B. (jalur sel kanker nasofarings manusia), HEP: 2 (galur sel epitelioma manusia), McCoy (galur sel kanker sinovia manusia), BAK 21 (galur sel ginjal bayi hamster) dan Detroit-6 (galur sel sumsum tulang dada).
Deteksi pertumbuhan virus pada biakan sel: Virus yang membiak pada biakan jaringan memperlihatkan dirinya dengan membuat:
(1)  Perubahan pada sel yang disebut efek sitopatogenik (ESP) misalnya virus campak membentuk sinsitium dan SV40 membentuk vakuolisasi sitoplasma yang nyata.
(2)    Jika virus tumbuh pada biakan sel, metabolisme sel dihambat dan tidak membuat asam. Pada biakan sel normal terjadi pembuatan asam sebab aktivitas metabo­lisme. Indikator merah fenol dapat mendeteksi pembuatan asam dengan melihat perubahan warnanya menjadi kuning.
(3)    Hemadsorpsi:
Jika virus influenza dan para influenza tumbuh pada biakan sel, adanya virus-virus tersebut dapat dideteksi dengan menambahkan sel darah merah marmot ke dalam biakan. Jika virus tadi berbiak di dalam sel, sel darah merah tadi akan diserap oleh permukaan sel.
(4)    Interferensi
Pertumbuhan virus pertama hampir selalu akan menghalangi infeksi virus kedua dengan cara interferensi.
(5)     Transformasi:
Virus onkogenik atau virus pembentuk tumor menyebabkan transformasi sel dan hilangnya penghambatan kontak.
(6)    Pewamaan antibodi fluoresensi juga merupakan suatu cara untuk mendeteksi   perkembang biakan virus.
(7)    Uji hemaglutinasi dapat dikerjakan dengan menggunakan cairan biakan jaringan, misalnya pada orthomyxovirus dan Paramyxovirus.


KLASIFIKASI VIRUS.

Klasifikasi ini berdasarkan antara lain:
Pada afinitas virus terhadap alat-alat tubuh tertentu.
1.     Yang menyerang kulit . Misalnya: cacar, cacar air, campak)
2.     Yang menyerang susunan syaraf . Misalnya: polio.rabies
3.     Yang menimbulkan penyakit saluran pernafasan . Misalnya; influensa, batuk pilek.
4.     Yang menyebabkan kelainan pada alat dalaman tubuh Misalnya: demam kuning, hepatitis.

Berdasarkan kriteria epidemiologi.
1.     Virus enterik, misalnya al.
a.     adenovirus
b.     virus hepatitis

2.     Virus saluran nafas misalnya al.
a.     Rhino virus
b.     orthomyxovirus    

3.     Arbo(arthropod borne )virus ;al
a.     Toga virus
b.     Rhabdo virus.

Virus Onkogenik                               

Yaitu virus yang menyebabkan timbulnya tumor pada penjamu alamiahnya atau pada percobaan binatang,
Penyakit-penyakit yang disebabkan virus antara lain:

1. Campak(morbili)                                   2. Cacar, (variola, varicela)
3.Demam berdarah (dengue fever)         4. Hepatitis
5.Herpes                                                     6. Influensa
7.Polio.                                                       8. Dan lain-lain 

Cacar                                                             

1.     Cacar Air (varicela)

Yaitu penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel dikulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varicella.
Virus varicella disebut juga virus varicella-zoster (virusV-Z)
Virus ini dapat ditemukan di dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita . Dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
Masa inkubasi 11-17 hari.
Terdiri dari 2 stadium:
a.     Stadium prodromal.
24 jam sebelum kelainan kulit  muncul, timbul gejala panas , perasaan lemah, anoreksia kadang-kadang terdapat gejala skarlatinaform atau morbiliform
b.    Stadium erupsi
Dimulai dengan terjadinya papula merah kecil yang berobah menjadi vesikel berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous.

Kalau terjadi pada wanita hamil maka 17% dari bayi yang dilahirkan akan menderiat kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit , berat badan lahir rendah, kelumpuhan dan artrophy tungkai, kejang , retardasi mental, kelainan mata seperi katarak , korio retinitis . Angka kematian tinggi.Bila ibu hamil menderita varicella 21 hari sebelum melahirkan maka 25% dari neonatus yang lahir memperlihat gejala varicella congenital pada waktu dilahirkan sampai umur 5 hari.

2. Cacar (variola)  

Penyakit akut menular dengan gejala umum yang berat yang disebabkan oleh virus variola.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                

You Might Also Like

0 komentar